Friday, April 8, 2016

Seri Petualangan Sinbad si Pelaut : Sinbad Terdampar di Pulau Asing



Setelah Sinbad menjual sisa harta kekayaannya, ia memperoleh uang sekitar tiga ribu dirham. Dengan segera ia pergi ke kota Basrah dan mempersiapkan keberangkatannya dalam pelayaran untuk mengadu nasib.

Berminggu-minggu ia mengarungi lautan, dan berhenti dari satu pulau ke pulau lain. Selama perjalanan, ia berdagang, dan saling tukar-menukar barang dengan penumpang lain, atau dengan warga pulau yang disinggahinya.

Suatu hari, kapten kapal berseru untuk melabuhkan kapalnya di sebuah pulau yang sangat indah. Pasir dan pohon-pohon yang berada di pulau tersebut terlihat sungguh menakjubkan. Kapal pun mulai menepi, menurunkan jangkarnya, dan mengeluarkan papan-papan untuk mendarat.

Semua penumpang turun dari kapal, dan pergi ke pulau tersebut. Mereka mulai melakukan aktivitasnya masing-masing. Ada yang mulai menyalakan api untuk memasak, mencari tanaman atau buah-buahan untuk dimakan, mencuci pakaian, atau berbagai kesibukan lainnya. Sinbad pun ikut turun dan berjalan-jalan di sekitar pulau untuk melihat keindahan alam.

Berjam-jam semua penumpang sibuk melakukan pekerjaannya, tiba-tiba sang kapten berteriak keras, “Wahai para penumpang semuanya. Selamatkan diri kalian. Berlarilah sekuat tenaga, dan segeralah kalian kembali ke kapal. Pulau ini sesungguhnya adalah seekor ikan besar yang telah lama berdiam diri, sehingga pasir menumpuk di atasnya, dan tumbuh pepohonan. Ketika kalian menyalakan api, ikan ini mulai bergerak karena kepanasan. Segeralah naik sebelum kalian terjatuh dan tenggelam di laut ini!”

Begitu mendengar peringatan sang kapten, para penumpang berlarian menuju ke kapal, dan meninggalkan peralatan mereka yang ada di pulau itu. Namun, belum semua penumpang dapat menaiki kapal, pulau tersebut mulai tenggelam.

Sinbad termasuk salah satu penumpang yang tidak berhasil menyelamatkan diri. Ia terperosok ke laut, dan berenang-renang mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk berpegangan. Ia pun menemukan sebuah kayu, dan memeluknya sehingga ia tidak terjatuh ke dasar laut. Ia melihat kapal yang dinaikinya berhasil mengembangkan layar dan bergerak menjauh, tidak mempedulikan orang-orang yang tenggelam.

Sinbad merasa pasrah dengan apa yang dialaminya tersebut. Ia mulai kelelahan, namun terus berusaha untuk mempertahankan nyawanya dengan bergantung pada kayu, dan mengikuti arah ombak yang menerpa dirinya.

Sehari semalam ia terombang-ambing di lautan, hingga akhirnya ia mendapati tubuhnya sudah berada di sebuah pulau besar. Ia pun berbaring dan tertidur hingga kelelahannya mulai perlahan hilang.

Dengan kondisi tubuh yang membengkak dan terluka, Sinbad mulai mencari makanan di dekat pantai pulau tersebut. Ternyata ia menemukan tanaman buah dan air yang berlimpah dan rasanya manis. Berhari-hari ia hidup dengan memakan buah-buahan tersebut.

Suatu ketika, Sinbad berjalan menyusuri pantai untuk melihat pemandangan laut sembari berpikir bagaimana ia bisa pulang ke Baghdad. Tiba-tiba matanya tertuju pada seekor kuda yang kakinya terikat di sebuah tiang di dekat pantai.

“Kuda yang sangat indah”, pikirnya.

Saat Sinbad mendekati kuda tersebut, ia kaget karena si kuda langsung meringkik keras. Kemudian, muncul seorang laki-laki muda dari belakangnya, sambil berkata, “Siapa engkau? Kenapa engkau berada di sini?”

Sinbad pun menjawab, “Namaku Sinbad. Aku adalah seorang penumpang kapal yang jatuh ke laut. Namun Tuhan menolongku sehingga aku bisa berpegangan pada sebuah kayu. Berhari-hari aku terombang-ambing di laut, sampai akhirnya aku terdampar di pulau ini”.

Sang pemuda tadi pun mengajak Sinbad ke rumahnya. Sinbad terkejut, karena rumah sang pemuda tersebut seperti sebuah aula besar yang berada di bawah tanah.

Setelah makan bersama-sama, sang pemuda itu mulai bercerita, “Aku adalah seorang warga biasa, yang bertugas memelihara kuda raja negeri ini, yaitu Raja Mihrajan. Setiap awal bulan, saya dan petugas lain membawa kuda-kuda betina paling bagus di negeri ini yang belum pernah kawin ke ruangan tersembunyi bawah tanah seperti ini. Lalu akan ada kuda laut yang muncul dari pantai karena mencium bau kuda-kuda betina tersebut, segera menuju tempat kuda betina berada, dan mengawini mereka. Jika telah selesai mengawini, kuda laut itu memukuli kuda-kuda betina yang terikat, dan kuda betina itu akan meringkik. Pada saat itulah kami datang mengusir kuda laut untuk pergi kembali ke lautan. Anak kuda hasil perkawinan itu adalah kuda yang sangat bagus dan mahal.”

Sang pemuda melanjutkan, “Saat ini adalah waktu dimana kuda laut akan muncul. Kuda yang tadi engkau lihat adalah kuda betina yang akan dikawinkan.”

Kemudian datang beberapa teman sang pemuda tadi membawa beberapa kuda betina yang sangat elok. Mereka pun melakukan kegiatan persis seperti yang tadi telah diceritakan sang pemuda.

Beberapa jam kemudian, setelah kuda-kuda selesai dikawinkan, mereka membawa kembali kuda ke istana Raja Mihrajan. Sinbad pun ikut dengan mereka pergi ke istana.

Sinbad Bertemu Raja Mihrajan


Sesampainya di istana, Sinbad membantu kawan-kawannya memasukkan kuda-kuda betina ke kandang. Saat itu Raja juga sedang berada di kandang kuda dan melihat Sinbad.

Raja pun berkata, “Engkau terlihat asing bagiku. Siapakah engkau wahai anak muda?”

Sinbad berlutut dan menjawab dengan sopan, “Saya adalah Sinbad, Paduka. Saya terdampar di pulau ini setelah jatuh dari kapal saya dan beberapa hari terapung di laut.”

Setelah itu Sinbad menceritakan pada Raja kejadian apa yang telah menimpa dirinya beberapa hari yang lalu. Raja mendengarkan cerita Sinbad dengan seksama, dan berkata, “Bersyukurlah engkau yang telah dapat bertahan hidup hingga sekarang. Berterimakasihlah engkau pada Tuhan yang telah menyelamatkanmu dengan cara yang sungguh luar biasa.”

Kemudian mereka bercakap-cakap, dan dari situ Raja tahu bahwa Sinbad sebenarnya adalah seseorang yang memiliki skill dan kemampuan yang bagus. Beliau sangat terkesima dan memperlakukan Sinbad dengan baik, ramah, dan memberikan kebutuhan untuk hidup seperti makanan, pakaian, dan rumah.
Tak beberapa lama, Sinbad juga dijadikan wakil raja untuk mencatat kapal-kapal yang datang di pelabuhan.

Sinbad tinggal di pulau tersebut selama beberapa bulan sebagai petugas yang mencatat kapal. Setiap kali ia mencatat, ia bertanya pada pemilik kapal mengenai keberadaan kota asalnya, yaitu Baghdad. Namun tidak pernah ada yang tahu-menahu tentang kota tersebut. Hingga suatu hari, ada sebuah kapal besar asing yang berlabuh.

Sang kapten kapal turun dan melapor pada Sinbad. Seperti biasa, Sinbad pun mencatat penjelasan dari sang kapten.

“Apakah masih ada barang yang tertinggal dalam kapal?”, tanya Sinbad.

Kapten menjawab, “Iya, tuan. Sebenarnya masih ada beberapa barang yang tertinggal di kapal. Namun pemiliknya sudah tenggelam di laut saat kami sedang berlayar. Kami bermaksud mengirimkan kembali barang-barangnya kepada keluarga mereka di kota Baghdad.”

Mendengar kata Baghdad, Sinbad berpaling dan memperhatikan wajah kapten kapal dengan seksama. Ia terkejut dan berteriak keras, “Kapten, aku adalah Sinbad, salah satu dari pemilik barang-barang di kapal itu. Ketika kau berteriak memberi peringatan tentang pulau ikan itu, aku dan beberapa kawanku tidak berhasil menaiki kapal, lalu terjatuh di laut. Namun aku tertolong oleh sebuah kayu, dan gelombang ombak membuat aku terdampar di pulau ini”.

Mendengar pernyataan Sinbad, sang kapten menjadi bingung dan ragu.

“Aku dan semua anak buahku melihat dengan mata kepala kami sendiri, bahwa para penumpang yang tidak dapat menyelamatkan diri itu jatuh dan tenggelam di laut. Kalau memang ceritamu benar, tunjukkan bukti bahwa kau memanglah pemilik barang-barang tersebut”.

Kemudian, Sinbad mulai memberi penjelasan secara rinci pada sang kapten tentang peristiwa tersebut, lalu menyebutkan barang-barangnya satu per satu, serta menceritakan beberapa kejadian yang pernah dialaminya dengan sang kapten.

“Oh, Demi Tuhan Yang Maha Kuasa, kau berkata yang sejujurnya. Aku mengingatmu sekarang. Kau memanglah Sinbad yang aku kenal. Aku bersyukur engkau berhasil selamat dari peristiwa maut itu”, ucap kapten sambil menyalami tangan Sinbad.

Kemudian, Sinbad masuk ke dalam kapal dan membuka barang-barang miliknya. Ia mengeluarkan berbagai macam benda yang indah dan mahal hasil dagangannya saat sebelum jatuh ke laut. Ia bermaksud membawa benda-benda tersebut untuk diserahkan pada Raja Mihrajan, sebagai balasan atas kebaikan sang raja terhadapnya. Tak lupa Sinbad juga mengajak kapten bersama para awak kapal untuk menemui sang raja.

Sinbad Kembali ke Kota Baghdad


Di istana, sang raja menyambut kedatangan mereka dengan ramah, dan mendengarkan cerita Sinbad mengenai kapten dan kapal yang membawanya. Sinbad juga berpamitan pada raja, bahwa ia akan ikut dalam kapal tersebut untuk pulang ke negara asalnya.

Raja pun sangat terkejut dengan keinginan Sinbad untuk pulang, lalu memberikan banyak barang yang bernilai tinggi sebagai hadiah balasan kepada Sinbad, dan sebagai tanda perpisahan mereka. Beliau juga memberikan banyak makanan untuk perbekalan selama pelayaran pulang.

Dalam perjalanan, Sinbad menjual seluruh barang-barang miliknya, termasuk semua pemberian sang raja. Ia memperoleh keuntungan yang banyak sekali untuk dibawa kembali ke Baghdad.

Setelah beberapa minggu berlayar, akhirnya Sinbad sampai di pelabuhan kota Basrah dengan selamat. Kemudian, ia segera melanjutkan pergi ke kota Baghdad untuk pulang ke rumahnya. Ia pun menjadi seorang hartawan yang kaya raya.

Ia mendapatkan banyak pelajaran dari peristiwa yang telah terjadi. Ia menyadari bahwa kehidupannya dahulu yang suka berfoya-foya dan menghamburkan uang adalah cara hidup yang salah. Oleh karena itu, walaupun dirinya menjadi orang paling kaya di kota Baghdad, namun ia berusaha untuk rendah hati dan suka menolong orang lain. Ia pun menjadi seseorang yang sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitarnya.

Cerita Zaman Dahulu, Dongeng Sebelum Tidur, Sejarah Tradisional, Mitos dan Kemanusiaan.


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Cerita Zaman Dahulu sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Cerita Zaman Dahulu. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Cerita Zaman Dahulu dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock