Tuesday, April 12, 2016

Seri Petualangan Sinbad si Pelaut : Sinbad Bermalam di Sarang Ular

Sinbad Bermalam di Sarang Ular


Sinbad merupakan seorang hartawan yang sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat kota Baghdad. Pengalamannya jatuh di laut tidak membuatnya jera untuk kembali berlayar. Ia berniat untuk mengadakan petualangan dan perdagangan di sebuah kapal besar yang akan segera berangkat.

Kali ini cuaca sangat bagus untuk menjelajah lautan. Pada setiap pulau yang dikunjungi, Sinbad selalu bertemu dengan para pedagang, bangsawan, hartawan, atau orang-orang penting lainnya, lalu mengadakan jual-beli atau tukar-menukar barang dengan mereka. Dengan cara inilah ia mengumpulkan uang dan benda berharga sehingga kekayaannya mulai bertambah banyak.


Melihat Burung Rukh


Suatu hari, kapal Sinbad berlabuh di sebuah pulau dengan pemandangan yang sangat indah. Ia berpikir mungkin pulau ini adalah pulau paling indah dibandingkan semua pulau yang pernah ia kunjungii sebelumnya.

Kemudian ia mendarat di pulau tersebut bersama para penumpang yang lain untuk istirahat. Di antara mereka ada yang jalan-jalan di sekitar pantai, berbaring untuk melepas lelah sembari melihat pemandangan pohon-pohon, atau mencari batu pantai atau benda lain untuk dibawa sebagai oleh-oleh.

Ketika sedang berjalan-jalan, Sinbad melihat sebuah pohon besar yang rindang dan terlihat sangat sejuk sekali. Ia pun segera menuju pohon tersebut dan berbaring santai di bawahnya. Udara sejuk serta tiupan angin sepoi-sepoi disana membuat Sinbad semakin nyaman, menutup matanya, lalu tertidur lelap.

Tak terasa ia tertidur berjam-jam di bawah pohon itu. Saat ia bangun, ia tak menemukan seorang pun berada di pulau tersebut. Ia merasa bingung dan marah, karena kapalnya telah berlayar dengan seluruh penumpang yang lain. Kini ia sendirian di pulau terpencil tak berpenghuni tanpa makanan dan perbekalan.

Sejenak ia berpikir, “Bagaimana aku bisa hidup di tempat seperti ini?”

Lalu ia berkata pada dirinya sendiri, “Mungkin jika aku memanjat pohon besar tadi, aku akan menemukan sesuatu di pulau ini”.

Kemudian ia memanjat pohon tempatnya berteduh tadi, dan melihat keseluruhan pulau. Setelah sampai di cabang tertinggi, ia terkejut karena melihat sebuah kubah besar berwarna putih di tengah-tengah pulau.

Ia pun segera turun dari pohon dan mendekati kubah tersebut.

Setelah sampai di benda aneh itu, ia mengelilinginya untuk mencari pintu masuk. Namun berkali-kali ia mencari, tak ditemukan apapun di kubah besar itu.

Sinbad yang merasa lelah dan kelaparan, akhirnya bersandar di tepi kubah. Lama ia terduduk, matahari pun mulai terbenam. Ia lalu berdiri dan berniat untuk kembali ke pohon besar tadi.

“Aku akan lebih aman jika bermalam di atas pohon besar tadi”, begitu pikirnya.

Belum selesai ia berdiri, tiba-tiba suasana menjadi gelap, seolah-olah cahaya matahari menghilang begitu saja. Lalu ia menatap ke awan. Ia sangat kaget dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Seekor burung terbesar yang pernah ia lihat, dengan sayap terentang sedang terbang mengitari tepat di atas ia berdiri. Cakarnya mencengkeram seekor ular yang besar dan panjang.

Ia pun teringat dengan cerita salah satu penduduk pulau yang pernah ditemuinya, bahwa di pulau-pulau tertentu, ada burung besar yang bernama Rukh. Burung itu memberi makan anak-anaknya dengan ular besar atau gajah.

Sinbad pun merasa yakin bahwa burung yang dilihatnya itu adalah burung Rukh, dan kubah besar di sampingnya adalah telur Rukh. Dengan segera Sinbad bersembunyi di salah satu pohon terdekat, dan mengamati apa yang terjadi.

Burung itu mencabik-cabik ular yang dibawanya dan memakan habis hingga tak tersisa. Lalu ia mengerami telurnya, dan mulai tertidur.

Setelah Rukh tertidur, Sinbad mendekati si burung, lalu melepas sorbannya. Ia mengikatkan dirinya di kaki burung Rukh dengan sorban tersebut. Ia berpikir mungkin dirinya akan dibawa terbang ke daerah lain yang berpenghuni.

Bermalam di Sarang Ular


Saat fajar menyingsing, burung itu bangun dan berdiri, menyuarakan teriakan keras, lalu terbang membawa Sinbad ke langit. Beberapa lama kemudian, burung itu turun perlahan dan hinggap di sebuah lembah. Begitu sampai tanah, Sinbad bergegas melepaskan ikatannya, dan lari menjauhi burung tersebut.

Ia melihat Rukh tiba-tiba berlari ke suatu tempat, dan menancapkan cakar-cakarnya ke tanah. Ia memungut sesuatu yang menggeliat, lalu membawanya terbang.

Saat itu Sinbad tahu, bahwa yang ditangkap burung tersebut adalah ular besar seperti yang dilihatnya kemarin.

“Jadi, lembah ini adalah sarang ular tempat Rukh mencari makan. Kalau begitu, aku harus segera keluar dari tempat ini sebelum aku menjadi santapan ular-ular itu”, pikirnya.

Kemudian ia berjalan mengitari tempat itu. Lembah itu dikelilingi gunung yang cukup tinggi. Uniknya, tanah di lembah itu terbuat dari intan-berlian yang mengkilau. Ia sangat terpesona dengan hal tersebut, namun ia tidak menemukan bagaimana caranya untuk naik ke gunung di atasnya.

Ia menyesali keputusannya untuk terbang ke tempat ini.

“Seharusnya aku tinggal di pulau Rukh saja. Disana ada buah-buahan dan sumber air yang dapat diminum. Sedangkan disini tidak ada sesuatu pun yang bisa digunakan untuk bertahan hidup”, katanya pada diri sendiri.

Malam pun tiba. Ular-ular sebesar batang pohon kelapa mulai bermunculan dan keluar dari sarangnya masing-masing. Sinbad pun lari dan melihat sebuah gua. Ia segera mendekati gua dan mendorong batu yang menghalangi pintu masuknya.

Ia mengira ia akan aman berada di gua tersebut. Namun begitu ia menoleh ke bagian dalam gua, ia mendapati seekor ular besar yang sedang mengerami telurnya. Ular itu tidak bergerak karena tidak tahu bahwa Sinbad berada di dekatnya.

Sinbad merasa takut yang sangat luar biasa, pasrah terhadap apa yang dilihatnya tersebut. Semalaman ia tidak bisa tidur, khawatir dengan ular yang melingkar di dekatnya.

Lolos dari Maut

Begitu pagi datang dan matahari mulai menampakkan cahanya, perlahan ia berjalan keluar dari gua. Ia berjalan sempoyongan seperti orang mabuk, karena kelaparan, ketakutan, dan kelelahan.

Tiba-tiba ada seekor domba besar jatuh di depannya, diikat dengan tali di tubuhnya. Domba itu telah mati dan dikuliti.

Sinbad mendongakkan kepala ke arah gunung, tempat sumber tali itu berasal. Ia yakin, pasti ada manusia disana.

Ia teringat dengan cerita dari para pedagang bahwa ada sebuah lembah intan yang begitu berbahaya karena merupakan sarang ular besar. Tidak ada seorang pun yang berani turun ke lembah itu. Namun para pedagang memiliki cara untuk mengambil intan di lembah itu. Mereka menyembelih domba, mengulitinya, dan melemparkannya dari gunung di atas lembah intan itu, sehingga intan berlian itu akan menempel pada tubuh domba. Kemudian burung elang akan menyambar domba dan membawanya terbang ke puncak gunung. Lalu para pedagang itu akan mendekati elang, mengusirnya, dan mengambil intan-intan yang menempel di tubuh domba.

Sinbad pun menyadari bahwa tempatnya berdiri adalah lembah intan yang diceritakan oleh para pedagang itu, dan domba di depannya adalah domba yang digunakan untuk memperoleh intan.

Ia pun berpikir untuk keluar dari lembah dengan memanfaatkan domba itu.

Ia mengambil banyak sekali intan berlian, dimasukkan ke bajunya sampai penuh. Lalu ia mengikatkan dirinya di bagian bawah tubuh domba, sambil menunggu elang datang dan menyambarnya. Beberapa saat kemudian seekor elang menukik dan mencakar domba, lalu membawanya ke atas gunung. Belum sempat domba dimakan oleh si elang, beberapa manusia datang dan mengusir elang tersebut.

Mereka terkejut, karena menemukan Sinbad terikat di tubuh domba.

Salah seorang berkata, “Siapakah engkau, dan mengapa engkau dalam keadaan seperti itu?”

Sinbad menjawab, “Tak perlu takut, aku adalah Sinbad. Aku adalah seorang penumpang kapal, lalu mengalami peristiwa tak menyenangkan hingga bisa sampai di tempat ini”.

Kemudian Sinbad bercerita dari awal mula berada di pulau Rukh, hingga bermalam di sarang ular. Ia menceritakan pengalamannya secara rinci, dan para pedagang itu merasa takjub dengan kejadian itu.

Sinbad pun diberikan makanan bekal para pedagang itu. Ia makan dengan lahap karena ia belum makan apa-apa sejak ditinggal kapalnya. Sebagai ucapan terima kasih, Sinbad membagikan intan-intan yang dibawanya dalam jumlah besar ke para pedagang itu. Mereka sangat senang, dan berterima kasih pada Sinbad.

Para pedagang itu berkata, “Sungguh, bersyukur sekali engkau masih diberikan umur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab tak pernah ada seorang pun yang datang ke tempat itu bisa lolos dengan selamat”.

Akhirnya, mereka membawa Sinbad ke rumah salah satu pedagang, merawatnya, dan membiarkannya istirahat selama beberapa hari.

Setelah kesehatan Sinbad pulih, mereka mengajak Sinbad untuk pergi berdagang dari kota ke kota. Sinbad pun menyetujuinya dan berpikir untuk sekalian pulang ke Baghdad.

Para pedagang itu memberikan Sinbad perbekalan dan persediaan seperti getah pohon kamper dan kayu bakar, sebagai ucapan terima kasih untuk intan-intan yang pernah diberikan oleh Sinbad.

Sinbad pun ikut mereka berjualan, saling tukar-menukar barang dengan pedagang yang ditemuinya. Ia berjalan dari suatu negara ke negara lain. Beberapa minggu kemudian, barulah ia sampai di kota Basrah. Disana, ia berpamitan dengan teman-temannya untuk pulang ke Baghdad. Mereka pun memberikan Sinbad beberapa benda berharga sebagai tanda perpisahan.

Begitu sampai di rumah, ia bertemu dengan keluarganya dengan membawa banyak sekali harta dan perbekalan. Sebagai rasa bersyukur, ia pun membagi-bagikan banyak hadiah kepada para saudara, kerabat, dan temannya.

Cerita Zaman Dahulu, Dongeng Sebelum Tidur, Sejarah Tradisional, Mitos dan Kemanusiaan.


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Cerita Zaman Dahulu sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Cerita Zaman Dahulu. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Cerita Zaman Dahulu dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock